Senin, 19 Januari 2009

Aktivis Kampus, Why Not...???


Jika aku mau…
Aku bisa hidup semauku…
Untuk diri sendiri...
Melakoni apapun dengan enak hati
Mencari kesenangan, kesuksesan untuk diri sendiri...
Sayang... aku terlanjur tau,
Bahwa hidup bukan sebuah permainan
Bukan pula sesederhana yang kita pikirkan
Hidup adalah pilihan, untuk melakoninya seadanya
Atau bergerak menyebarkan energi
Dan menjadi berarti !
(Robi’ah Al-Adawiyah)


Dunia Kampus penuh dengan pilihan. Apakah kita ingin menjalani seadanya saja, atau melakukan lompatan-lompatan yang tidak terduga. Apakah kita ingin bergerak, dan menjadi berbeda, atau mengalir mengikuti arus air. Di kampus semuanya menjadi ”bebas” kalau dulu sekolah harus pake seragam, di kampus tidak, kalau dulu harus diam mendengarkan guru, kalau di kampus malah harus aktif ”menyanggah” dosen. Berbagai warna perubahan ada dan nyata di kampus. Anak kuliahan pun di harapkan mulai dewasa mengatur diri sendiri tanpa harus di kontrol ketat oleh orang tua layaknya anak sekolah.
Ada yang harus berubah saat kita ada di sebuah institusi pendidikan ”paling tinggi” ini. Tentu kita tidak ingin kembali ke masa-masa SMU atau SMP atau SD dan TK bukan?. Siapakah kita sebelum duduk di bangku kuliah ? Apa yang di ajarkan di sekolah-sekolah formal kita ?Belajar di kampus akan berbeda jika kita ”berani”merubah tradisi dan paradigma di kampus. Apa yang harus kita rubah ? Banyak hal, tetapi minimalnya Ya ! makna belajar di kampus itu sendiri.
Paulo freire mengatakan bahwa pendidikan adalah proses. Dan namanya proses, kadang kita ”nyaman”, kadang kita harus berpikir ulang dan bahkan sedikit tersandung dan gagal. Dalam hal inilah kita harus mampu menjadi manusia-manusia pembelajar, bukan sekedar pengumpul nilai. Manusia pembelajar, layaknya tema okfe 2007 ” Never Ending Learning”, yang menggambarkan bahwa dalam hidup tak pernah berhenti belajar dan menghargai proses tanpa mengabaikan hasil.
Lantas apa bedanya pembelajar dan pengumpul nilai? Jika anda seorang pembelajar, maka saya yakin anda akan sangat menghargai setiap hal yang anda dengar, anda rasa dan anda pikirkan. Pembelajar tidak pernah merasa dirinya telah ”pandai”. Sebaliknya pengumpul nilai akan merasa puas jika berhasil mendapatkan nilai A atau B, tak peduli dengan cara apa, bahkan dengan kecurangan sekalipun. Karakter pembelajar ini harus di miliki oleh orang dengan status MAHASISWA!!!
Menurut, robi’ah aldawiyah seorang penulis buku hebat karakter manusia pembelajar adalah :
1. Memilik Rasa ingin tau yang tinggi, Rasa ingin tahu memancing orang untuk terus bertanya pada dirinya. Rasa ingin tahu adalah ”pengingat” bahwa kita masih memilki sedikit ”harta”(ilmu) untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
2.Pembelajar tak pernah merasa ”puas”. Seorang pembelajar sejati tak pernah ”puas” hanya dengan kesuksesan kecil apalagi sekedar nilai yang baik. Pembelajar sejati terus mempunyai visi jauh kedepan. Namun bukan berati dia tidak pandai bersyukur.
3.Pembelajar itu menghargai proses. Seorang pembelajar tidak pernah menyesali prosesnya dalam memahami sesuatu. Ia ulet dan sabar. Ia menyadari bahwa semua hal harus di perjuangkan, bergerak dan aktif mencari. Dia tidak merasa lelah dan menikmati apa-apa yang sedang dia jalani.
4.Pembelajar itu menganggap semua tempat adalah ”sekolah”. Kita dapat menjadikan setiap tempat sebagai tempat belajar dan sekolah. Sekolah bukan hanya sebuah ruangan berdinding empat. Kita dapat belajar dari setiap tempat dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Bahkan, kadang kita pun harus ’sekolah” ketengah-tengah masyarakat. Tidak jarang kita malah memaknai lebih tempat-tempat tersebut dari pada gedung sekolah formal. Ya, Semua tempat dan lingkungan adalah sekolah. Tinggal kita dapat menarik manfaat atau tidak dari setiap tempat dan kejadian dari hidup kita.
5.Pembelajar menganggap setiap orang adalah sumber ilmu. Belajar dari setiap orang, setiap hal, belajar dari setiap makhluk Tuhan YME. Dengan kata lain ambil pelajaran dan hikmah dari setiap orang. Seorang pembelajar sangat menghargai setiap orang yang ditemuinya, yang berbicara dengannya, dan yang memintanya menjadi seorang pendengar.
6.Pembelajar menganggap setiap waktu adalah peluang untuk memperbaiki diri. Setiap orang dapat mengasah diri dengan penggunaan waktu yang cerdas dan optimal.
7.Pembelajar ”terbuka” dengan kritik. Seorang pembelajar tidak anti kritik. Banyak krtik yang dilontarkan justru akan memperbaiki diri kita. Pembelajar menanggapi kritik dengan sikap positif dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk berbuat lebih baik lagi.

Begitulah diantaranya seorang pembelajar sejati.. Kitapun bisa seperti itu. apalagi lingkungan kita adalah lingungan akademik yang sangat mendukung proses belajar dan pendewasaan diri. Tentunya kita menginginkan hidup di kampus yang rata-ratt 3-4 tahun ini penuh dengan warna dan bermanfaat bagi orang lain. Kampus inipun telah siap menjadi ”mesin” pendewasaan bagi kita semua. Kampus tidak akan pernah menjadi sepi dari aktivitasnya. Hal tersebut terjadi karena memang masiswa dan warga kampus tidak akan pernah berhenti mewarnai kampus dan membuatnya dinamis dengan berbagai aktivitas positifnya..
Aktivis kampus??? Why Not. Itulah ungkapan yang barangkali pas untuk kita semua agar dapat memaknai belajar bukan hanya dalam sekat-sekat formalitas gedung sekolah seperti yang diuraikan diatas. Aktivis kampus menjawab kegelisahan akan mahasiswa yang kurang peka realitas sosial. Aktivis kampus akan terus memberikan hal yang berbeda bagi kampus di masing-masing jamannya. Lantas siapakah aktivis kampus itu?. Aktivis kampus secara sederhana dapat kita wakilkan pada orang-orang atau teman-teman kita yang ”menceburkan” dirinya pada organisasi-organisasi di kampusnya,baik internal (BEM, DPM, UKM dan HMJ) atau eksternal (Pergerakan mahasiswa, ormas dan organisasi-organisasi di luar kampus). Silahkan saja anda memilih yang mana yang membuat anda tertarik.
Saat-saat awal kita memilih ikut untuk masuk dalam organisasi kampus. Kebanyakan mencari pengalaman, aktualisasi diri, belajar organisaasi, cari teman atau hanya sekedar mengisi waktu menjadi alasan favorit. Sah-sah saja dan tidak masalah dengan jawaban itu. Tetapi ternyata memilih untuk aktif dalam berbagai kegiatan kampus bisa jadi tidak sesederhana itu. Ternyata banyak yang kita dapatkan bahkan lebih banyak daripada yang kita sadari. Menjadi aktivis kampus bukan hanya mencantumkan namanya di sebuah organisasi, bukan pula sekedar penggembira, atau ingin terkenal. Aktif di kampus ternyata bukan sekedar mecari teman atau mengisi waktu luang. Banyak alasan menarik dan mendasar, untk memilih menjadi aktivis kampus di ataranya :
1.Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Dengan melakukan aktivitas-aktivitas positif di kampus potensi diri kita akan mencul dan terus tergali. Dan dengannya aktifitas-aktifitas akan memberikan manfaat, menularkan kebahagiaan dan meringankan beban orang lain. Jadi jelas memilih untuk menjadi aktivis bukan sekedar untuk diri sendiri saja.
2.Aktif di kampus adalah panggilan jiwa. Seorang teman pernah ingin melepaskan semua aktivitas-aktivitasnya yang di geluti di kampus. Tetapi setiap kali dia ingin berhenti dia selalu merasa terpanggil untuk berpartisipasi dan terus meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Panggilan jiwa!!! Begitulah katanya. Pilihan untuk aktif di kampus juga berkaitan erat dengan idealisme yang di yakini. Kadang, banyak teman yang sudah ”tua” kembali ke kampus untuk memperjuangkan idealisme dan keyakinannya. Dia merasa terpanggil untuk memeperjuangkan apa yang dia yakini. Dan dengan itulah ada energi yang terus mendorong untuk bergerak, memberikan nuansa perubahan bagi dirinya dan orang lain.
3.Sebab kita tidak ingin merugii. Kita kuliah rata-rata 4 tahun untuk program S1 atau 3 tahun untuk program D3. Kelihatannya lama tetapi sebenarnya sangatlah sebentar. Masa menjadi mahasiswa adalah masa yang langka dan menarik. Sayang apabila hanya buat ke kampus, perpus, dan kantin saja. Waktu menjadi mahasiswa hendaklah di manfaatkan semaksimal mungkin untuk perkembangan kompetensi diri. Menjadi aktivis kampus akan membuat waktu kuliah kita berbeda dan berarti.
4.Mengasah cara berpikir dan pelejitan potensi. Banyak diantara kita ketika baru masuk kuliah biasa-biasa saja. Namun begitu cepat melejit saat dia kuliah. Kita mendengar mereka begitu berperan dan mewarnai kampus dengan hal-hal yang luar biasa. Pandai “ngomong” di depan orang banyak, dewasa dan memilki kemampuan memimpin. Mereka mengalami perubahan cara berpikir, perubahan paradigma. Cara dia memandang dirinya dan realitas social menjadi berbeda. Karena memang cara berpikir kita sangat terpengaruh oleh apa yang kita baca, dengar dan siapa lingkungan pergaulan kita. Aktivitas di kampus, selain kuliah dapat memberikan kita hal-hal baru tersebut. Jadi... terjunlah kesana dan rasakan perubahan Anda!!!
5.Sebab, tidak semua dikuliahkan. Tidak semua kita dapat di bangku kuliah. Itulah mengapa aktif di kampus menjadi pilihan. Ada banyak hal yang tidak kita dapatkan hanya dengan datang ke kampus, kuliah, perpus lalu pulang. Pelajaran tentang memahami orang lain, pelajaran tentang tanggung jawab, empati dan peduli, pelajaran tentang menyelesaikan masalah. Dan semua pelajaran yang hanya dapat kita dapatkan jika kita mengalaminya tidak pernah ada dalam kuliahan. Menjadi aktivis kampus menjanjikan kita akan mendapat nilai lebih ketika kuliah.

Aktif di kampus dalam setiap kegiatan di luar kuliah memang memberikan manfaat yang luar biasa. Sering manfaat menjadi aktivis kampus tidak bisa langsung di rasakan. Ibarat menanam padi, kita harus meresapi proses, memberi pupuk, menyiangi rumput, dan setelah beberapa bulan baru bisa memanen. Menjadi berbeda di kampus juga demikian. Manfaatnya secara tidak sadar akan datang dengan sendirinya, melalui proses dan tidak instan. Manfaat inipun harus kita cari sendiri. Orang lain hanya berperan membuat lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensi kita. Tetapi seberapa luas berkembang tergantung apa yang kita usahakan. Dan harus senantiasa berserah diri terhadap Tuhan YME. Oleh karena itu marilah kita segera membakar semangat, berlari dan melakukan percepatan agar kita dapat bermanfaat di kemudian hari bagi seluruh umat.(walu’alam, ebet_DahSyat)

Aktivis kampus bukan malaikat
Dia bisa di puja juga di cerca
Tapi yang menjadi penting adalah
Mereka punya pilihan
Untuk hidup bukan hanya bagi dirinya
Namun terus belajar dari semesta
Untuk terus menjadi lebih bermakna.

(Al-adawiyah, Robi’ah. ’nggak sekedar ngampus. Mandiri Visi Media : Surakarta, 2004. Dan berbagai sumber)
(* = Sebuah provokasi buat mahasiswa baru)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar