Senin, 19 Januari 2009

Idealisme adalah Sebuah Pertanyaan......?


dealisme, di manakah engkau ?
Ketika kulihat di partai politik
Mereka pintar bermanuver dan terlihat picik
Menyeruak, bahwa atas nama rakyat mereka bergerak
Walau itu hanya nyaring menjelang pemilu saja
Walau itu tak pernah bikin rakyat sejahtera

Idealisme, di manakah engkau ?
Ketika kulihat di aparatur Pemerintah
Gila kuasa, Lupa akan Amanah
Cabut subsisdi dengan logika jahat
Memperkaya diri dari anggaran rakyat
Mesin penjilat, cari selamat

Idealisme, di manakah engkau ?
Ketika kulihat Orang di LSM
Sepintas, begitu giat tumpahkan hasrat
Tapi di balik itu
Selingkuhi elit dengan kata-kata naif
Nama rakyatpun hanya indah di judul proposal

Idealisme, di manakah engkau ?
Ketika kulihat orang di akademisi
Gadaikan ilmu, untuk tulisan ilmiah pesanan
Dengan alasan uang kertas
Mengajar hanya rutinitas
Mahasiswa di jadikan komoditas

Idealisme, dimanakah engkau ?
Ketika kulihat di kaum muda
Mereka lupa akan cita-cita bangsa
Terpecah, Egois dan individualistik
Buta akan realitas social
Terlena oleh gemerlap dunia

Idealisme, di manakah engkau ?
Mungkin di laut, di jalanan, atau di tong sampah
Aku tak tau di mana........

Ebet_Yang lgi bingung

Read More......

Jalan Radikal Agar Sekolah Murah dan Berkualitas


ANTI hampir saja tidak bisa mengenyam pendidikan. Pasalnya, untuk masuk SD negeri di dekat rumahnya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, orangtuanya harus merogoh kocek yang dalam. Padahal, sebagai pekerja serabutan,Yanto, ayah Anti hanya berpenghasilan pas-pasan. Untung ada saudara yang berbaik hati mau "menolong". Meski demikian, Yanto tetap harus mengeluarkan uang Rp 500.000. Tak mengherankan bila pagi itu, Yanto kelabakan mencari uang, mengutang ke sana kemari. Buat apa? "Ya buat menyekolahkan Anti," sahut Yanto. Lho, katanya sekolah negeri. Logikanya, untuk masuk sekolah negeri, kalaupun harus membayar, tentu tidak mahal. Artinya, pendidikan sudah murah. "Siapa bilang pendidikan murah? Ah... ndobos!" sergah Yanto yang asal Yogyakarta ini.(kompas 5 agustus 2006)

Ilustrasi diatas adalah contoh jeritan orang tua ketika dia harus menghadapi kenyataan pahit mahalnya pendidikan di negeri ini. Memang hanya satu contoh tapi penulis yakin sudah cukup mewakili dari ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia yang mengalami hal yang sama. Yah pendidikan benar-benar menjadi ”barang” mewah.”barang” mewah karena pendidikan hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu saja. Tentunya kita sering mendengar dari berbagai media baik cetak maupun elektronik keluhan-keluhan orang tua tentang dunia pendidikan di negeri ini,seperti ilustrasi diatas.
Seharusnya sebuah sekolah dapat murah, lagi pula sekolah didirikan bukan hanya sebagai tempat belajar. Di sana seorang anak tumbuh dengan keriangan dan kegembiraan. Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan tanda lonceng. Mengawali dan menjalani pelajaran lewat buku yang selalu terbuka untuk ditelaah. Di temani seorang guru, sekolah seperti perjalanan yang sudah diatur dengan tertib. Tapi kedisiplinan sekolah bukan tanpa cacat. Aturan itu membuat semua orang menjadi seragam dan diam. Seharusnya anak di dorong agar berdisiplin tetapi tetap aktif. Dengan begini seharusnya anak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tugas pendidik adalah berusaha agar anak jangan mendapat gagasan rancu bahwa baik sama dengan diam saja dan buruk itu sama dengan aktif bergerak.
Sebuah sekolah memang seharusnya bukan seperti penjara. Guru bukan sipir, yang berdiri disamping murid untuk berjaga. Waktu penulis menjadi anak taman kanak-kanak Guru mirip sosok seorang ibu. Ia mengajari penulis menyanyi, berdoa dan mengaji, dan menemani penilis jalan-jalan. Ia adalah makhluk terlincah yang pernah penilis lihat. Tawanya selalu bertebaran, seolah tidak memiki rasa sedih. Bagi saya guru itu manusia terindah yang mengenalkan saya pada huruf dan warna. Berkat guru saya jadi tau mengapa hujan turun. Darinya kemudian saya kenal bahwa kehidupan bukan seperti batang pohon, melainkan mirip liukan ombak dilaut. Saya kerapkali tidak percaya bahwa kehidupan mereka sebenarnya tidaklah terlalu indah. Saya mendengar gaji mereka sangatlah kecil.
Persoalan pendidikan memang sangat rumit, selain mahalnya ongkos pendidikan, guru dan dosen yang kurang sejahtera, hingga tudingan sekolah yang hanya menghasilkan penganggur saja. Permasalahan ini haruslah menjadi perhatian yang serius dari semua pihak. Jelas apabila kita menginginkan negeri ini maju, bukan hanya sektor ekonomi yang harus digalakkan, tetapi bidang pendidikan haruslah menjadi perhatian yang serius. Pendidikan adalah sarat mutlak untuk peradaban sebuah bangsa. Pendidikan haruslah menjadi sistem pengkaderan bagi generasi bangsa. Di sini haruslah bermunculan tunas-tunas bangsa yang potensial guna melanjutkan tongkat estafet pembangunan di negeri ini.
Lantas bagaimana hal tersebut bisa terjadi apabila sekolah menjadi sangat mahal?. Sekolah mahal selain mempersempit kesempatan belajar bagi seluruh anak negeri ini, juga akan melahirkan orang-orang yang bermental kapitalis. Logikanya sederhana apabila misalkan seseorang untuk masuk ke fakultas kodokteran harus mengeluarkan ratusan juta rupiah bisa jadi setelah lulus dia akan berusaha ”memanfaatkan” profesi dokternya agar segera balik modal. Kemudian apabila seperti ini, dari mana kita dapat memiliki dokter-dokter yang hebat dan berjiwa sosial tinggi. Di Zaman sekarang hal seperti ini juga besar kemunginannya terjadi pada profesi-profesi lain seperti, pengacara, ekonom, politikus, dan lain sebagainya. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah apabila sebenarnya banyak sekali anak-anak bangsa yang berbakat dan berpotensi menjadi pemimpin besar, tetapi tidak dapat mengembangkan bakatnya dan tidak memiliki kesempatan memimpin hanya karena alasan dana.
Padahal apabila kita mengacu pada aturan normatif di negeri ini. Jelas bahwa pendidikan adalah hak segala warga negara tanpa terkecuali dan adalah kewajiban negara untuk membiayainya. Jelasnya ini terangkum dalam pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Ayat (2) menyatakan, Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (4),Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Perintah UUD 45 ini diperkuat lagi melalui UU Sistem Pendidikan Nasional (SPN) yang disahkan 11 Juni 2003. Pasal 5 Ayat (1) UU SPN menyebutkan, Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 Ayat 1), Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 11 Ayat 1), serta Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun (Pasal 11 Ayat 2).
Tapi aturan tinggal aturan, Undang-undang tinggal undang-undang tanpa ada konsistensi aplikasi yang jelas. Anggaran pendidikan 20% dari APBN/APBD yang diamanatkan konstitusi seperti diatas belum juga terpenuhi. Untuk 2007 pemerintah hanya mengalokasikan 11,8 % saja (UU No 18 2007 tentang APBN). Di perparah lagi dengan banyaknya anggaran pendidikan yang ”bocor” karena korupsi birokrasi di negeri ini.
Jebakan Hutang
Memang apabila kita bijak menyikapi persoalan ini, boleh jadi pemerintah memang kesulitan pendanaan untuk memenuhi tuntutan konstitusi diatas. Apalagi dengan jeratan hutang luar negeri yang begitu tinggi. Pada tahun akhir 2007 saldo hutang luar negeri kita di perkirakan akan mencapai US$ 59 milyar lebih atau sekitar RP 531 triliun. Hal ini terkait dengan rencana pemerintah yang akan menarik pinjaman baru sebesar Rp 2,8 triliun untuk membiayai defisit APBN 2007. Dalam 5 tahun kedepan, pokok dan bunga hutang yang harus dibayar Indonesia mencapai Rp 150 triliun.(Majalah Trust, edisi 23-29juli 2007). Beban hutang luar negeri yang begitu besar bisa jadi memang menyulitkan pemerintah untuk mengatasi persoalan-persoalan dasar, seperti pendidikan.

Masalahnya apakah kita akan terus begini ? Boleh dong kita ”bermimpi” suatu saat nanti kita bisa keluar dari jebakan hutang (debt trap). Dalam sejarah memang ada beberapa negara yang berhasil keluar dati jeratan hutang luar negeri. Korea selatan, salah satu contohnya. Bahkan negara yang pada awal pembangunannya di biayai dengan hutang ini mampu mengubah dirinya menjadi negara kreditur karena sukses sebagai eksportir dan memiliki tabungan dalam negeri (gross domestic saving) yang tinggi.

Di bidang ekspor, indonesia sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Bahkan, pada tahun 80-90-an ekspor kita jauh lebih baik di bandingkan Malaysia dan Thailand. Lantas mengapa kita justru terjerat dengan hutang? Indonesia memang bukan korea. Di sini kondisi dalam negeri tidak kondusif, watak birokrasi yang kaku, korupsi, dan lain sebagainya. Akibatnya hutang luar negeri tidak dapat menghasilkan return yang positif. Nah sekarang kita harus membayar mahal dari miss-management hutang ini. Jika Indonesia ingin keluar dari jeratan hutang, tentu masalah-masalah diatas harus segera diatasi. Pemberantasan korupsi harus semakin galak. Laju pertumbuhan ekspor nonmigas harus ditingkatkan, serta menggairahkan sumber pendanaan dalam negeri seperti pajak dan pasar modal.

Jalan Radikal.
Di tengah-tengah permasalahan negara yang begitu pelik diatas, lantas masih adakah cara agar pendidikan bisa murah dan berkualitas di negeri ini. Agar pendidikan tidak lagi di batasi oleh sekat-sekat status ekonomi. Dan agar pendidikan mampu membuat seluruh rakyat indonesia tersenyum lebar. Masih adakah caranya kira-kira??. Tentu kita tidak boleh putus asa menyikapi ini semua. Asal kita semua seluruh elemen bangsa berkomitmen kuat untuk menyelesaikan masalah pendidikan ini saya yakin kita bukan tanpa harapan. Alternatif solusi yang perlu kita perjuangkan di antaranya adalah :

Pertama, kita harus memiliki pemimpin bangsa (presiden) yang berkomitmen kuat terhadap pendidikan dan memiliki semangat keperpihakan kepada rakyat kecil. Masalah pendidikan sudah sangat akut, kurang apabila hanya di delegasikan kepada menteri pendidikan dan departemen pendidikan saja. Presiden harus turun langsung, dan masuk kerelung-relung permasalahan rakyat. Dengan komitmen dari presiden seberat apapun alokasi dana 20% untuk pendidikan dari APBN dan APBD insyaAlloh bisa terpenuhi bahkan bisa lebih, Lantas bagaimana apabila ternyata presiden tidak mampu melakukan ini semua, kita harus mengambil logika team sepakbola. Apabila dalam sebuah team sepakbola, ternyata team tersebut bertahun-tahun gagal juara, selalu kalah dan minim prestasi maka mereka akan mengganti pelatih (pemimpin) team tersebut dengan yang lebih mampu. Di sinilah terlihat urgensi kepemimpinan dalam sebuah organisasi apapun bentuknya organisasi tersebut. Kita pun harusnya demikian, apabila presiden tidak memiliki semagat keperpihakan kepada rakyat dan tidak di tunjang dengan aksi-aksi nyata, tidak berlebihan apabila logika team sepakbola tersebut kita pakai.

Kedua melakukan pemotongan gaji untuk pejabat tinggi yang dialokasikan pada dunia pendidikan. Pemotongan gaji ini adalah kebijakan yang secara langsung akan menjadi cerminan komitmen pejabat tinggi terhadap dunia pendidikan. Laporan KPK dalam perhitungan kekayaan pejabat tinggi selalu menunjukan tingginya jumlah pundi-pundi kekayaan yang dimiliki secara pribadi oleh pejabat tinggi. Bisnis yang dimiki oleh banyak pejabat menjadi alasan yang mencukupi untuk memotong pendapatan mereka. Tumpukan kekayaan itu jika dialokasikan 5 persen saja per orang akan sangat membantu dunia pendidikan. Pejabat tinggi ini mulai dari presiden hingga kepala dinas hingga di dalamnya anggota dewan.

Ke tiga menginvestigasi dan menjatuhkan sanksi yang tegas kepada semua pihak yang melakukan korupsi atas anggaran pendidikan. Jumlah dana pendidikan yang dikorupsi harus segera di investigasi dan di kenai sanksi yang berat bagi setiap pelakunya. Ini sekaligus memberikan pelajaran kepada semua pihak agar tidak main-main dalam mengurusi dunia pendidikan. Kapan kita mau maju jika budaya korupsi terus meraja lela dan di lindungi?

Ke empat adalah membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah. Kriteria yang mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak mampu sekaligus kemampuan untuk mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi di ukur hanya kemampuan dia menghasilkan lulusan yang pintar tetapi bagaimana mengajarkan siswa untuk saling bertanggung jawab, moralis, dan mempunyai solidaritas yang tinggi.

Bisa jadi memang tidak adil apabila masyarakat menuntut agar pemerintah berjuang sendirian untuk mengatasi masalah pendidikan ini. Mengacu pada konsep pendidikan untuk semua (Education for All) yang dicetuskan di Jomtien, Bangkok, Thailand, tahun 1990, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, dan masyarakat. Pengertian masyarakat disini jangan hanya di artikan secara pragmatis orang tua peserta didik.Tetapi hendaknya di perluas pada sumber-sumber pendanaan yang lebih memungkinkan, yaitu melibatkan kalangan bisnis (Tony d Widianto). Mereka yang kaya dan masyarakat bisnis yang potensial perlu dilibatkan untuk mengatasi sulitnya mendapatkan dana untuk membangun pendidikan. Salah satu gagasan yang muncul, adalah bukan hanya beasiswa tetapi adanya pajak pendidikan. Pemerintah pusat maupun daerah perlu mendorong para pengusaha dan orang-orang kaya untuk ikut memperhatikan dunia pendidikan Sekian persen keuntungan digunakan untuk membantu pemerintah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pendidikan dan boleh juga kesehatan. Bila pemerintah dapat "mengajak" peran swasta ikut membiayai pendidikan bisa dibayangkan besarnya modal yang dapat di gunakan untuk menambah anggaran pendidikan. Bagi pemerintah pajak pendidikan bagi sektor swasta tentu lebih bijak dari pada mengandalkan peran orang tua peserta didik yang belum tentu semua mampu.
Selanjutnya adalah melibatkan media massa terutama untuk memberi liputan dan sorotan yang tajam lagi berani mengenai komitmen berbagai kalangan terhadap dunia pendidikan.. Media harus menjadi institusi yang selalu mengkampanyekan pentingnya perhatian berbagai kalangan terhadap dunia pendidikan. Bahkan menurut saya sudah saatnya media untuk membuka kotak amal sebagaimana jika ada bencana alam, yang dialokasikan khusus terhadap dunia pendidikan.

”Gerakan sosial” Jangan Mati...!!!
Untuk melaksanakan konsep-konsep di atas tidaklah mudah, Kadang terjadi distorsi yang tidak kecil antara penerjemahan konsep ke hal yang lebih teknis. Lagi pula untuk melakukan itu semua harus diawali oleh seorang pemimpin bangsa yang berani. Dan di ikuti oleh segenap elemen bangsa yang memiliki satu tekat keberpihakan kepada rakyat kecil. Gerakan sosial untuk mengusung pendidikan murah dan berkualitas harus di hidupkan. Guru dan dosen sudah waktunya mempelopori untuk memperjuangkan kepentingannya dan peserta didiknya. Guru, dosen dan orang tua peserta didik akan menjadi kekuatan politik mandiri jika bisa melakukan persekutuan taktis. Guru, dosen dan masyarakat harus merumuskan program pembaharuan sosial melalui terbentuknya sekolah murah. Gerakan ini niscaya akan mendapat dukungan yang massif karena orientasi keperpihakannya yang tegas. Gerakan sosial sekolah murah ini di harapkan dapat melakukan penolakannya pada komersialisasi pendidikan apapun modelnya. Gerakan ini hendaknya juga bisa melakukan advokasi pada guru, dosen, maupun murid yang dirugikan oleh sistem pendidikan. Untuk menaikan kesejahteraannya sudah waktunya guru, dan dosen ikut dalam perjuangan ini. Kisah guru-guru yang tergabung dalam PGRI baik dari jawa timur, jawa tengah, dan jawa barat akhir juni 2007 lalu yang melakukan aksi tuntutan pemenuhan anggaran pendidikan 20% dari APBN dan kesejahteraan guru ke istana negara harus terus di hidupkan. Guru dan dosen sudah saatnya menjadi kekuatan politik yang bergerak memperjuangkan sistem pendidikan yang berpihak kepada rakyat.

Kekuatan gerakan sosial dan suara-suara dari kampuspun harus terus menyala. Suara–suara kritis mahasiswa jangan sampai mati. Gedung lembaga mahasiswa memang telah di pindah dan ”dibikinin” lokasi yang lebih bagus dengan berbagai fasilitas yang mahal dan memadai, tetapi jangan sampai kita terlena dan lantas mengeringkan udara perlawanan terhadap setiap ketidak adilan. Kita harus bersatu padu dan memunculkan kesadaran kritis bersama bahwa komersialisasi pendidikan haruslah kita tentang dan pendidikan murah berkualitas harus kita capai. Ini bukan saja luapan protes tetapi keyakinan. Keyakinan yang harus terus hidup pada setiap jiwa-jiwa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan semangat keberpihakan yang nyata kepada rakyat. Dalam konteks inilah pendidikan bukan semata-mata membentuk manusia yang pintar melainkan juga generasi yang sadar akan realitas sosial dan tidak bebal lingkungan.(InsyaAlloh, Wallau’alam)Prez

Daftar Pustaka :
1)Prasetio, Eko.2006. Orang Miskin Dilarang Sekolah. Jogjakarta: Resist Book.
2)Prasetio, Eko.2006. Islam itu Agama perlawanan. Jogjakarta : Resist Book
3)Suharsih dan Ign Mahendra K .2007. Bergerak Bersama Rakyat ( Sejarah Pergerakan Mahasiswa dan Perubahan Sosial Indonesia). Jojakarta : Resits Book
4)Majalah Trust edisi No 40 tahun V 23-29 juli 2007
5)Kompas, 5 Agustus 2006
6)UUD 45 yang sudah diamandemen.
7)UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
8)UU No 18 Tahun 2007, tentang APBN
Sori ini tulisan aku tulis pada tahun 2007,,So bisa jadi datanya udah out of date,,, tapi pola pikirnya masih fresh kok....Key ??? kasih koment dong>..???

Read More......

Aktivis Kampus, Why Not...???


Jika aku mau…
Aku bisa hidup semauku…
Untuk diri sendiri...
Melakoni apapun dengan enak hati
Mencari kesenangan, kesuksesan untuk diri sendiri...
Sayang... aku terlanjur tau,
Bahwa hidup bukan sebuah permainan
Bukan pula sesederhana yang kita pikirkan
Hidup adalah pilihan, untuk melakoninya seadanya
Atau bergerak menyebarkan energi
Dan menjadi berarti !
(Robi’ah Al-Adawiyah)


Dunia Kampus penuh dengan pilihan. Apakah kita ingin menjalani seadanya saja, atau melakukan lompatan-lompatan yang tidak terduga. Apakah kita ingin bergerak, dan menjadi berbeda, atau mengalir mengikuti arus air. Di kampus semuanya menjadi ”bebas” kalau dulu sekolah harus pake seragam, di kampus tidak, kalau dulu harus diam mendengarkan guru, kalau di kampus malah harus aktif ”menyanggah” dosen. Berbagai warna perubahan ada dan nyata di kampus. Anak kuliahan pun di harapkan mulai dewasa mengatur diri sendiri tanpa harus di kontrol ketat oleh orang tua layaknya anak sekolah.
Ada yang harus berubah saat kita ada di sebuah institusi pendidikan ”paling tinggi” ini. Tentu kita tidak ingin kembali ke masa-masa SMU atau SMP atau SD dan TK bukan?. Siapakah kita sebelum duduk di bangku kuliah ? Apa yang di ajarkan di sekolah-sekolah formal kita ?Belajar di kampus akan berbeda jika kita ”berani”merubah tradisi dan paradigma di kampus. Apa yang harus kita rubah ? Banyak hal, tetapi minimalnya Ya ! makna belajar di kampus itu sendiri.
Paulo freire mengatakan bahwa pendidikan adalah proses. Dan namanya proses, kadang kita ”nyaman”, kadang kita harus berpikir ulang dan bahkan sedikit tersandung dan gagal. Dalam hal inilah kita harus mampu menjadi manusia-manusia pembelajar, bukan sekedar pengumpul nilai. Manusia pembelajar, layaknya tema okfe 2007 ” Never Ending Learning”, yang menggambarkan bahwa dalam hidup tak pernah berhenti belajar dan menghargai proses tanpa mengabaikan hasil.
Lantas apa bedanya pembelajar dan pengumpul nilai? Jika anda seorang pembelajar, maka saya yakin anda akan sangat menghargai setiap hal yang anda dengar, anda rasa dan anda pikirkan. Pembelajar tidak pernah merasa dirinya telah ”pandai”. Sebaliknya pengumpul nilai akan merasa puas jika berhasil mendapatkan nilai A atau B, tak peduli dengan cara apa, bahkan dengan kecurangan sekalipun. Karakter pembelajar ini harus di miliki oleh orang dengan status MAHASISWA!!!
Menurut, robi’ah aldawiyah seorang penulis buku hebat karakter manusia pembelajar adalah :
1. Memilik Rasa ingin tau yang tinggi, Rasa ingin tahu memancing orang untuk terus bertanya pada dirinya. Rasa ingin tahu adalah ”pengingat” bahwa kita masih memilki sedikit ”harta”(ilmu) untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
2.Pembelajar tak pernah merasa ”puas”. Seorang pembelajar sejati tak pernah ”puas” hanya dengan kesuksesan kecil apalagi sekedar nilai yang baik. Pembelajar sejati terus mempunyai visi jauh kedepan. Namun bukan berati dia tidak pandai bersyukur.
3.Pembelajar itu menghargai proses. Seorang pembelajar tidak pernah menyesali prosesnya dalam memahami sesuatu. Ia ulet dan sabar. Ia menyadari bahwa semua hal harus di perjuangkan, bergerak dan aktif mencari. Dia tidak merasa lelah dan menikmati apa-apa yang sedang dia jalani.
4.Pembelajar itu menganggap semua tempat adalah ”sekolah”. Kita dapat menjadikan setiap tempat sebagai tempat belajar dan sekolah. Sekolah bukan hanya sebuah ruangan berdinding empat. Kita dapat belajar dari setiap tempat dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Bahkan, kadang kita pun harus ’sekolah” ketengah-tengah masyarakat. Tidak jarang kita malah memaknai lebih tempat-tempat tersebut dari pada gedung sekolah formal. Ya, Semua tempat dan lingkungan adalah sekolah. Tinggal kita dapat menarik manfaat atau tidak dari setiap tempat dan kejadian dari hidup kita.
5.Pembelajar menganggap setiap orang adalah sumber ilmu. Belajar dari setiap orang, setiap hal, belajar dari setiap makhluk Tuhan YME. Dengan kata lain ambil pelajaran dan hikmah dari setiap orang. Seorang pembelajar sangat menghargai setiap orang yang ditemuinya, yang berbicara dengannya, dan yang memintanya menjadi seorang pendengar.
6.Pembelajar menganggap setiap waktu adalah peluang untuk memperbaiki diri. Setiap orang dapat mengasah diri dengan penggunaan waktu yang cerdas dan optimal.
7.Pembelajar ”terbuka” dengan kritik. Seorang pembelajar tidak anti kritik. Banyak krtik yang dilontarkan justru akan memperbaiki diri kita. Pembelajar menanggapi kritik dengan sikap positif dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk berbuat lebih baik lagi.

Begitulah diantaranya seorang pembelajar sejati.. Kitapun bisa seperti itu. apalagi lingkungan kita adalah lingungan akademik yang sangat mendukung proses belajar dan pendewasaan diri. Tentunya kita menginginkan hidup di kampus yang rata-ratt 3-4 tahun ini penuh dengan warna dan bermanfaat bagi orang lain. Kampus inipun telah siap menjadi ”mesin” pendewasaan bagi kita semua. Kampus tidak akan pernah menjadi sepi dari aktivitasnya. Hal tersebut terjadi karena memang masiswa dan warga kampus tidak akan pernah berhenti mewarnai kampus dan membuatnya dinamis dengan berbagai aktivitas positifnya..
Aktivis kampus??? Why Not. Itulah ungkapan yang barangkali pas untuk kita semua agar dapat memaknai belajar bukan hanya dalam sekat-sekat formalitas gedung sekolah seperti yang diuraikan diatas. Aktivis kampus menjawab kegelisahan akan mahasiswa yang kurang peka realitas sosial. Aktivis kampus akan terus memberikan hal yang berbeda bagi kampus di masing-masing jamannya. Lantas siapakah aktivis kampus itu?. Aktivis kampus secara sederhana dapat kita wakilkan pada orang-orang atau teman-teman kita yang ”menceburkan” dirinya pada organisasi-organisasi di kampusnya,baik internal (BEM, DPM, UKM dan HMJ) atau eksternal (Pergerakan mahasiswa, ormas dan organisasi-organisasi di luar kampus). Silahkan saja anda memilih yang mana yang membuat anda tertarik.
Saat-saat awal kita memilih ikut untuk masuk dalam organisasi kampus. Kebanyakan mencari pengalaman, aktualisasi diri, belajar organisaasi, cari teman atau hanya sekedar mengisi waktu menjadi alasan favorit. Sah-sah saja dan tidak masalah dengan jawaban itu. Tetapi ternyata memilih untuk aktif dalam berbagai kegiatan kampus bisa jadi tidak sesederhana itu. Ternyata banyak yang kita dapatkan bahkan lebih banyak daripada yang kita sadari. Menjadi aktivis kampus bukan hanya mencantumkan namanya di sebuah organisasi, bukan pula sekedar penggembira, atau ingin terkenal. Aktif di kampus ternyata bukan sekedar mecari teman atau mengisi waktu luang. Banyak alasan menarik dan mendasar, untk memilih menjadi aktivis kampus di ataranya :
1.Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Dengan melakukan aktivitas-aktivitas positif di kampus potensi diri kita akan mencul dan terus tergali. Dan dengannya aktifitas-aktifitas akan memberikan manfaat, menularkan kebahagiaan dan meringankan beban orang lain. Jadi jelas memilih untuk menjadi aktivis bukan sekedar untuk diri sendiri saja.
2.Aktif di kampus adalah panggilan jiwa. Seorang teman pernah ingin melepaskan semua aktivitas-aktivitasnya yang di geluti di kampus. Tetapi setiap kali dia ingin berhenti dia selalu merasa terpanggil untuk berpartisipasi dan terus meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Panggilan jiwa!!! Begitulah katanya. Pilihan untuk aktif di kampus juga berkaitan erat dengan idealisme yang di yakini. Kadang, banyak teman yang sudah ”tua” kembali ke kampus untuk memperjuangkan idealisme dan keyakinannya. Dia merasa terpanggil untuk memeperjuangkan apa yang dia yakini. Dan dengan itulah ada energi yang terus mendorong untuk bergerak, memberikan nuansa perubahan bagi dirinya dan orang lain.
3.Sebab kita tidak ingin merugii. Kita kuliah rata-rata 4 tahun untuk program S1 atau 3 tahun untuk program D3. Kelihatannya lama tetapi sebenarnya sangatlah sebentar. Masa menjadi mahasiswa adalah masa yang langka dan menarik. Sayang apabila hanya buat ke kampus, perpus, dan kantin saja. Waktu menjadi mahasiswa hendaklah di manfaatkan semaksimal mungkin untuk perkembangan kompetensi diri. Menjadi aktivis kampus akan membuat waktu kuliah kita berbeda dan berarti.
4.Mengasah cara berpikir dan pelejitan potensi. Banyak diantara kita ketika baru masuk kuliah biasa-biasa saja. Namun begitu cepat melejit saat dia kuliah. Kita mendengar mereka begitu berperan dan mewarnai kampus dengan hal-hal yang luar biasa. Pandai “ngomong” di depan orang banyak, dewasa dan memilki kemampuan memimpin. Mereka mengalami perubahan cara berpikir, perubahan paradigma. Cara dia memandang dirinya dan realitas social menjadi berbeda. Karena memang cara berpikir kita sangat terpengaruh oleh apa yang kita baca, dengar dan siapa lingkungan pergaulan kita. Aktivitas di kampus, selain kuliah dapat memberikan kita hal-hal baru tersebut. Jadi... terjunlah kesana dan rasakan perubahan Anda!!!
5.Sebab, tidak semua dikuliahkan. Tidak semua kita dapat di bangku kuliah. Itulah mengapa aktif di kampus menjadi pilihan. Ada banyak hal yang tidak kita dapatkan hanya dengan datang ke kampus, kuliah, perpus lalu pulang. Pelajaran tentang memahami orang lain, pelajaran tentang tanggung jawab, empati dan peduli, pelajaran tentang menyelesaikan masalah. Dan semua pelajaran yang hanya dapat kita dapatkan jika kita mengalaminya tidak pernah ada dalam kuliahan. Menjadi aktivis kampus menjanjikan kita akan mendapat nilai lebih ketika kuliah.

Aktif di kampus dalam setiap kegiatan di luar kuliah memang memberikan manfaat yang luar biasa. Sering manfaat menjadi aktivis kampus tidak bisa langsung di rasakan. Ibarat menanam padi, kita harus meresapi proses, memberi pupuk, menyiangi rumput, dan setelah beberapa bulan baru bisa memanen. Menjadi berbeda di kampus juga demikian. Manfaatnya secara tidak sadar akan datang dengan sendirinya, melalui proses dan tidak instan. Manfaat inipun harus kita cari sendiri. Orang lain hanya berperan membuat lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensi kita. Tetapi seberapa luas berkembang tergantung apa yang kita usahakan. Dan harus senantiasa berserah diri terhadap Tuhan YME. Oleh karena itu marilah kita segera membakar semangat, berlari dan melakukan percepatan agar kita dapat bermanfaat di kemudian hari bagi seluruh umat.(walu’alam, ebet_DahSyat)

Aktivis kampus bukan malaikat
Dia bisa di puja juga di cerca
Tapi yang menjadi penting adalah
Mereka punya pilihan
Untuk hidup bukan hanya bagi dirinya
Namun terus belajar dari semesta
Untuk terus menjadi lebih bermakna.

(Al-adawiyah, Robi’ah. ’nggak sekedar ngampus. Mandiri Visi Media : Surakarta, 2004. Dan berbagai sumber)
(* = Sebuah provokasi buat mahasiswa baru)

Read More......

Anti Posesif


Siang itu terasa panas. Kantor POS purwokerto utara,,menjadi saksi saat aku mau kirim aplikasi lamaran nglamar kerjaan. Biasa neh sekarang aku kan jadi pengangguran. Pengangguran yang bahagia. Di paksain bahagia maksudnya. Heee………..
Siang itu aku bertemu teman lama, Tepatnya teman KKN. Teman berdarah-darah di desa kamal, Brebes. Desa tempat aku KKN pada awal tahun 2008 yang lalu. Namanya Luhur tapi biasa di panggil LULU, Tahu tuh, kenapa bisa dipanggil begitu…Orangnya seh lumayan kekar dan terlihat laki. Walau ngomongnya pelan banget kaya cewek…HEEEE sori lu… Tutup aja halaman ini jika kamu baca dan marah….Heee

Eh ternyata dia juga nglamar kerjaan juga,,, Benar-benar sama-sama penganguran,,, kami langsung menyanyikan lagunya iwan Fals bareng-bareng…:
“Turunkan harga,, Berikan kami pekerjaan”
“Pasti kuangkat engkau menjadi manusia setengah dewa”
Keren gak nyanyian kami…???
Ya ENGGAKlah…,Lagian kami kan g’nyanyi beneran Heee……….
Kalau benar-benar nyanyi kaya gitu apalagi suara kami sama-sama ancur kan bisa di ketawain orang sekantor pos kali…
Lantas …….????
Ya kemudian kami ngobrol-ngobrol gtu… N the story is Goes….
Jadi ketika aku lagi asik ngobrol ama lulu…Nastalgila dikit saat-saat KKN dulu…Tiba-tiba aja datang cewek yang sedikit cantik, Mantan temen kuliah ku dulu… Ya elah sekarang pake istilah mantan…Ya iya dong..Kan dah sama-sama LULUs…Tapi moga tetep temen kok,,,
Dia tuh namanya lisa (bukan Nama sebenarnya)…Anaknya pendiem banget…temennya dikit paling dia jalan ama satu gengnya doank…
Nah siang itu dia bareng ama Seorang cowok..Gak tau cowoknya atau bukan, soalnya kayaknya di kampus lisa jarang banget jalan ama dia….Whatever siapa dialah ya…???aku juga gak’terlalu peduliin…
Nah tanpa basa-basi dan tedeng aling-aling tiba-tiba aja lisa nyapa aku….(sebelumnya sedikit saling senyum-senyum juga seh…)Eh jangan berpikir yang aneh-aneh lHo..ini senyum teman…SENYUM PERSAHABATAN…!!!
Lisa : Hai ebet>>>…??
Ebet_Keren : Eh lisa… Wah pasti ngirim lamaran kerja neh…??
Lisa :heee Iya….??(sambil cengar-cengir g’jelas)
Ebet_keren : Wah rajin juga ya…<<Lisa :Ad aja deh….. Kemana-mana….Gitu (sambil senyum-senyum)
Ebet_keran : huh… Dasar cewek (dalam Hati)..
Ebet_keren : Eh ati-ati lho kalo kemana-mana bisa nyasar G,jelas kaya orangnya…heee…(sambil Cengar cengir ama senyum juga)
Lisa :heee…bisa aja kamu,,,(Cuman senyum dan langsung ke petugas POS untuk ngasih amplop surat lamaran kerjanya)
Pembicaraan ama lisa terhenti dan aku mau nglanjutin ngobrol ama LULU yang dari tadi cuman diam dan bersikap manis….
Kemudian aku kembali ngobrol agalor-ngidul G’jelas ama lulu..(kali ini ngobrolin apaan G’perlu di ceritain ya..??,Di SENSOR,,heee…)
Eh….Masih inget gak ama cowok yang kucritakan tadi…Tadi lhoh..yang datang bareng lisa…Tahu gak…apa yang dia lakuin…Ketika aku ngobrol ama lisa>>>??
Wah parah…???kayaknya ni cowok posesif banget ama cewek…!!!
Masa cuman saling nyapa kaya gituan doank,,, Sesama temen lama yang dah jarang ketemu,,,dan juga g’pke cupika cupiki kok…Cowoknya (g’tau sebenernya cowoknya ato bukan) Pasang muka “panas” dan g’bersahabat gitu…Bahkan aku senyumin dan mau ku ajak kenalan…Dia malah berpaling…dan ngloyor aja pergi…
G’jadi deh kenalan…Males kanalan ama Psycho…>>>Huh…
BUkannya aku yang jadi marah….Cuman jadi malesin aja…
EH….apa kalian semua yang punya, atau pernah punya pasangan juga posesif gitu….???
Jangan males,,,Jawab dulu…(walau cuman dalam hati)…
MUngkin setelah jawab kamu akan berkata:” huh…. gini aja ditulis dan diceritain..Kurang kerjaan...!!!!
Tapi gini kawan….
Tau gak yang kaya gini sering banget kejadian ama aku,,,Yah bisa jadi aku cuman keGE-ERan…Biasalah risiko jadi orang keren…Heeee>>>
Cemburu seh boleh…( kan katanya tandanya sayang…). Tapi kalo berlebihan ya jelas G’baik dan sama aja “nyuruh” pasangan kita untuk pergi dan ninggalin kita….Bingung ya…???
Semua orang itu pada dasarnya maklhuk yang menyukai kebebasan,, G’mau terikat ama status (apalagi inikan status yang belum jelas (Baca :Pacaran, misalnya)
Nah dengan kamu memiliki kecenderungan sifat seperti itu (posesif) jelas lama kelamaan pasangan kamu akan bosen dan iLlfeel ama kamu….
Mengapa…..????
DEngan kamu bersikap yang terlalu posesif terhadap pasangan kamu, secara tidak langsung kamu mengkomunikasikan kepada dirinya rasa ketidak percayaan diri kamu.. Kamu akan terlihat sangat tidak percaya diri dimatanya dan terlihat benar-benar takut kehilangan dia. Ini bahaya kawan….
Sering dengar kan>>>??adanya pasangan yang sebenarnya saling mencintai layaknya sang pangeran dengan sang putri di negeri dongeng tapi pisah atau cerai gara-gara cemburu buta…
Kaya gitu bukan hanya ada di cerita sinetron,,, Tapi kalau kamu jeli sering terjadi di kehidupan sehari-hari lho…
Nah kembali kecerita tadi, harusnya sang cowok bersikap biasa aja, tetep senyum dan ramah,,,,
Atau jika pasangan kamu dah bertindak di luar batas dan bikin kamu cemburu atau was-was, dan hati kamu berkata :” jangan-jangan si dia dah berpaling”….Mending kalian berkata begini ke dia…:
“Aku menyayangi dan mempercayai kamu,Tapi kalau kamu menyia-nyiakan kepercayaan itu. Aku tidak akan segan-segan untuk meninggalkan kamu”.
Katakan dengan penuh percaya diri, jangan ragu sedikitpun, dan jangan pedulikan apapun reaksi spontan dia terhadap perkataan kamu itu…
Setelah itu berbicaralah lagi ama dia seperti biasa dan jangan menunjukkan ekspresi kemarahan sedikitpun…Kembalilah bersikan FUN kawan…!!
Yang tadi itu bukan ancaman, hanya penegasan komitmen…!!!
Nah,,, Dengan begitu kamu terlihat percaya diri dan jelas kamu yang memimpin,,Dan percayalah di matanya kamu akan jauh terlihat lebih menarik,,,dan Jangan heran kalau dia malah semakin lengket ama kamu…
Tapi gimana kalau dia G’memperdulikan perkataanmu tadi, dan bener-bener tipe cewek yang G’setia atau bahkan parahnya selingkuh…..???
TINGGALIN DIA KAWAN…!!!
Mungkin ini terlalu keras dan berat buat kamu.. .Tapi kamu harus tegas,, Karena kamu adalah lelaki yang berjiwa pemimpin dan tidak akan mengijinkan orang lain mengendalikan kamu,,termasuk wanita pujaan kamu…secantik dan semenarik apapun dia…???
Mungkin kamu akan sedih dan merenungi ini di kamarmu untuk berminggu-minggu. Tapi lihatlah…diluaran sana masih banyak sekali wanita yang jauh lebih cantik dan setia serta menunggu berkenalan ama kamu…Kamu hanya tinggal mencoba melihat keluar dan menemukannya.
Lagi Pula Tentu kalau kamu sehat, tidak akan pernah mau berhubungan dengan wanita yang g’bisa setia dan cuman bikin hatimu sakitkan…???
Kecuali kalau kamu sakit atau memilih sakit….!!!!
Selamat merenungkan…???
Ebet_.....AntiPosesif…!!!!

Read More......

Secercah Sinar di Goa Kegelapan


Terkadang hidup penuh derita. Cobaan silih berganti dan menyisakan luka. Lautan air mata tak kan pernah cukup untuk menggambarkan derita. Sering manusia merasa tidak kunjung mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka harapkan. Harapan tinggal harapan dan mimpi juga tak kunjung menjadi kenyataan.

Mungkin saja kita atau saudara kita pernah menderita sakit yang berkepanjangan, mengais tong sampah demi sesuap makan, di tinggal pergi oleh orang-orang yang kita sayangi atau kita menginginkan sesuatu yang walaupun kita sampai berdarah darah mengejarnya tapi tetap saja tidak bisa kita dapatkan. Itulah beberapa peristiwa yang bukan hanya membuat kita putus asa tetapi juga kehilangan tongkat pegangan. Orang-orang yang pernah merasakan hal-hal tersebut, tidak akan pernah kesulitan apabila di minta untuk menguraikan pekat dan dinginnya lembah kesengsaraan.
Yah.. lembah kesengsaraan yang terjadi ketika langkah sudah tak lagi cepat, ketika napas terasa sesak dan ketika energy sudah mulai menghilang, pada saat itulah manusia mulai kehilangan irama. Kehilangan harapan dan tak mengerti mengapa ini terjadi. Stress, depresi, bahkan parahnya hingga bunuh diri, Itulah rentetan peristiwa yang menghantui rona manusia.
Namun apabila kita mencoba menilik lebih jauh, sebenarnya episode kehidupan tak kan pernah terjadi sia-sia. Selalu saja ada setitik terang di tengah kegelapan, selalu ada jalan di tengah ketersesatan, dan selalu ada secercah sinar di goa kegelapan. Kita tak pernah tahu apa yang diinginkan sang sutradara kehidupan. Kita hanya pemain yang secara sadar atau tidak sadar memainkan perannya masing-masing. Berpikiran Positif kepadaNya itulah yang harus terus kita hidupkan.
Keyakinan dan energy harus tetap dinyalakan jika engkau tidak ingin semakin dalam jatuh ke lembah kedukaan.Tidak dapat sekarang mungkin akan kita dapatkan lusa, tidak dapat yang ini, mungkin Alloh maunya ngasih yang itu. Kita tidak tahu sedang Alloh SWT maha tahu.
Lagi pula kita tak akan pernah merasakan kebahagiaan yang sebenarnya sebelum kita merasakan apa itu jurang kedukaan, kita tidak akan merasakan bahagianya keberhasilan sebelum kita merasakan arti sebuah kegagalan dan pengorbanan. Seorang anak yang sedang belajar naik sepeda tidak akan pernah bisa merasakan kegembiraan saat dia sudah bisa naik sepeda jika dia tidak merasakan bagaimana lelahnya berhari-hari latihan dan bagaimana sakitnya terjatuh.
Yah… selalu ada titik terang, tinggal bagaimana kita konsisten berusaha menemukannya dan selalu menghidupkan energy keyakinan, walau sedalam dan sekeras apapun kita terjatuh, dan tak peduli seberapa jauh kita tersesat. Karena ternyata semua yang kita tanyakan, semua yang kita risaukan, telah di jawab secara gamblang oleh Alloh SWT dalam Al-quran. Berikut kutipannya : (Maaf sumbernya gak dicantumkan, soalnya hasil download internet dan aku lupa nama situsnya, bagi anda yang merasa menulis kutipan berikut ini, sekali lagi maaf dan sekaligus minta izin aku kutip di tulisanku hee….)
Kita bertanya : Mengapa aku diuji…….???
Alloh SWT menjawab :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka di biarkan saja mengatakan :”kami telah beriman sedangkan mereka tidak di uji ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Surah Al-ankabut ayat 2-3).
Kita bertanya : mengapa aku tidak mendapatkan apa yang aku idam-idamkan…..???
Alloh SWT menjawab :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Alloh mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.(surah Al-Baqorah ayat 216)
Kita bertanya : Mengapa ujian seberat ini….???
Alloh SWT menjawab : “Alloh tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (surat Al-baqarah 286)
Kita bertanya : Mengapa kita frustasi……???
Alloh SWT menjawab : “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”.(Surat Al-Imran ayat 139)
Kita bertanya: Bagaimana kita harus menghadapinya…???
Alloh SWT menjawab : 1)“ wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh di medan perjuangan) dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Alloh SWT supaya kamu mencapai kemenangan”
2) “Dan mintalah pertolangan (kepada Alloh SWT) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang, dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusuk” (surat Al-Baqarah ayat 45)
Kita bertanya : Apa yang kita dapatkan dari semua ini…???
Alloh SWT menjawab : “sesungguhnya Alloh SWT telah membeli dari orang-orang mukmin, diri, harta mereka dengan memberikan Syurga untuk mereka>>(Surat At-Taubah ayat 111)
Kita bertanya : Kepada siapa aku berharap…??
Alloh SWT menjawab : “Cukuplah Alloh bagiku, tidak ada Tuhan selainNya. Hanya kepadanya aku bertawakal” (surat At-Taubah Ayat 129)
Kita bertanya : Aku tidak dapat tahan…??
Alloh SWT menjawab :…dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh SWT. Sesungguhnya Tiada berputus asa dari rahamat ALLOH SWT melainkan kaum kafir” (Surat Yusuf ayat 12.)
Ebet_ Yang dulu pernah “terjatuh”

Read More......

Minggu, 18 Januari 2009

Seven Social Sins


Politics without Principle
Wealth without Work
Pleasure without Conscience
Knowledge without character
Commerce without Morality
Science without Humanity
Worship without Sacrifice
(Mahatma Gandhi,1925)

Read More......